Wednesday, April 12, 2017

Cerpen: Ketika Cinta Harus dilafadzkan

Ketika Cinta Harus Dilafadzkan


Widayanti adalah cewek muslimah dan sholeah, orangnya cantik, pediam namun banyak senyum. Kami sudah lama tidak bertemu, mungkin kira-kira sudah hampir 4 tahun lamanya. Pada waktu itu aku silaturrohim di rumah temanku, kebetulan rumahnya harus melewati rumah Yanti. Dengan mengendarai sepeda motor matic aku menuju rumah temanku, namun setelah sampai di depan rumah Yanti dengan jelas terlihat dengan memakai jilbab bewarna jingga dia sedang bersama anak kecil, seketika itu tampak senyum manis yang terbias dari bibir mungilnya, serentak aku membalas dengan senyuman. Namun pada waktu itu kami tidak sempat berkomunikasi hanya sebatas sapa-menyapa itupun cuma berbalas senyum saja.

Dengan perasaan penuh tanya kulewati rumah Yanti, rasa penasaran menghinggapi dalam benakku ”siapakah anak kecil yang bersaman Yanti itu?’ tanyaku dalam hati. Tak terasa rupanya sudah sampai depan pintu gerbang rumah temanku. Aku ucapkan salam, dan dari dalam rumah temanku pun menjawab salam dariku, kemudian aku dipersilahkan masuk kerumahnya. Canda gurau menyelimuti pertemuan kita, maklum sudah 4 tahun kami tidak bertemu, karena aku baru 2 hari dikampung selepas pulang dari Yogyakarta untuk kuliah di sana.

Tanpa sungkan-sungkan aku bertanya “ Abidin... bagaimana kabar si Yanti, tadi aku lihat dia bersama anak kecil, apa dia sudah menikah?”. Kemudian Abidin pun menjawab “Belum ah... setahu aku dia baru putus dari pacarnya”. “Alhamdulillah...” sahutku dengan cepat. “Lho kok alhamdulillah, jangan-jangan kamu naksir lagi sama Yanti?” jawab Abidin. Dalam hati berkata “tahu saja si Abidin ini ya...”. “Yaudah ini nomor Yanti, nanti kamu bisa telfonan sama dia” kata Abidin. “Duh... terima kasih banyak Din... kamu memang sahabatku yang pengertian” Jawabku. “Itulah gunanya sahabat” sahut Abidin. Tak sabar rasanya ingin aku menelfon Yanti, dengan segera aku berpamitan kepada Abidin untuk izin pulang karena hari sudah mulai senja dan akan turun hujan.

Sesampainya di rumah selesai sholat Isya, segera aku pencet nomor Yanti, sekali telfonku memanggil namun tidak ada jawaban. Dalam hati mulai menggerutu “apa mungkin Abidin mengerjai aku ya’, kemudian sekali lagi aku coba tuk memanggil nomor Yanti, dan terdengar suara yang menurutku sangat merdu “Assalamualaikum” dengan cepatnya aku menjawab salamnya. Rupanya ini benar-benar suara Yanti, ternyata suara dia belum berubah masih sama seperti 4 tahun yang lalu, ketika itu dia masih kelas III SMP kami sempat menjalin cinta namun hubungan kami kandas karena aku harus Hijrah ke Yogyakrta untuk kuliah di sana. Aku tanya kabar Yanti kemudian dia menceritakan apa yang telah terjadi pada dirinya, bahwa dia mengalami kegagalan cinta, padahal dia sudah menjalin hubungan selama kurang lebih 4 tahun. Entah apa sebab musebabnya saya tidak terlalu ikut campur, yang jelas saat ini aku merasa gembira karena dapat mendengar kembali suara Yanti yang sudah 4 tahun lamanya tak pernah ku dengar.

Tanpa rasa canggung aku katakan cinta padanya, namun dia menjawab bahwasanya memang dia masih sayang denganku, namun dia tidak bisa menerimaku kembali kalau cuma untuk main-main saja, ya mungkin dia masih trauma dengan kegagalan cinta yang pernah ia alami. Aku berfikir mungkin kata-kata Yanti bilang sayang padaku adalah sebagai trik saja biar aku tak sakit hati. Dengan semangat yang tinggi aku ucapkan kepadanya “Aku serius padamu Yanti..”, kemudian dia mengatakan bahwa cinta itu tidak hanya dilafadzkan saja melainkan harus dibuktikan, aku kurang faham dengan apa yang dia katakan, kemudian aku suruh dia untuk menjelaskan lebih dalam lagi. Kemudian dia memberikan syarat yang harus penuhi, persyaratan yang dia berikan menurutku sangat berat karena, yang pertama aku harus mengatakan cinta di depan kedua orang tuannya, kedua selama berpacaran tidak boleh menyentuhnya apalagi menciumnya, ketiga datang kerumah cuma boleh seminggu sekali yaitu pada malam Minggu.

Yanti fikir aku adalah laki-laki yang tidak tanggung jawab dan takut menghadapi orang tuanya yang terkenal sangat killer di sekeliling lingkungannya. Dengan semangat yang membara aku langkahkan kaki menuju rumah Yanti, ku ketuk rumah dia dan kuucapkan salam, dari dalam terdengar jawaban salam. Aku dengan sopan masuk kerumah Yanti kemudian dipersilahkan untuk duduk. Berbincang-bincang dengan orang tua Yanti selama 10 menit menurutku sudah menurunkan efek nerfes. Dengan nada rendah aku katakan kepada orang tua Yanti “bahwasanya saya sangat menyayangi Yanti dan malam ini juga atas izin Allah swt. saya melamar Yanti untuk menjadi istri saya dan formalnya besok orang tua saya akan menemui bapak. Sungguh kagetnya bukan kepayang baik Yanti maupun orang tua Yanti mendengar kata-kata ku. Terdiam sejenak orang tua Yanti dan wajah anggun Yanti yang awalnya merona bak bulan purnama terlihat memerah, setelah aku tunggu 5 menit akhirnya bapak Yanti menyetujui lamaranku. Terlihat senyum merona dari bibir mungil Yanti menandakan kebahagian menyelimuti hatinya.

No comments:

Post a Comment

Ulangan Bahasa Indonesia

Petunjuk kerja: 1. Siapkan diri Anda untuk mengikuti ulangan. 2. Dilarang menyontek jawaban peserta lain. 3.  Dilarang membuat keribut...