Tuesday, February 28, 2017

Kisah SM-3T: Bandeng Purba di Pulau Genting, Kec. Siantan Selatan - Kab. Kep. Anambas

Bandeng Purba di Pulau Genting


Pulau Genting adalah pulau tak berpenghuni namun memilii keindahan yang luar biasa, terumbu karang yang terjaga, air yang jernih, dan ada dua pantai berpasir putih yang berdampingan. Keindahan yang akan membuat beban akan terlupakan ketika kita berada di pulau Genting. Berikut hasil beberapa gambar yang dapat kami abadikan, sebenarnya masih banyak gambar-gambar yang kami punya, namun itu khusus untuk konsumsi pribadi.

Sebelum kami sampai pulau Genting kami harus menyebrangi ganasnya gelombang lautan yang membuat kami pucat saat di pompong (boat), perjalanan memakan waktu sekitar satu jam dari pulau mengkait tempat kami mengabdi. Rasa was-was akhirnya terbayar lunas dengan keindahan panorama Pulau Genting. Pada saat itu air tengah surut, jadi kami harus berputar melalui selatan dan pompong tak bisa bersandar di bibir pantai. Sehingga kami harus diangkut satu persatu dengan jongkong (sampan), ada sekitar 1 jam dalam proses penjemputan dengan jongkong ini, ya dikarenakan kami 10 orang dan ditambah seorang supir pompong, dengan jarak kira-kira 500 meter ke bibir pantai. Setelah semua sampai di bibir pantai, kami mencari tempat berteduh dan sekalian briving untuk menjala ikan bandeng purba yang menjadi tujuan utama kami datang di pulau genting ini.

Setelah semua cukup istirahat maka kami memutuskan unntuk bergegas ke tujuan. Dengan berjalan kaki di bibir pantai menempuh jarak sekitar 500 meter dari best camp pertama, selanjutnya kmi menerobos rerimbunan bakau.Setelah kami menerobos dan melewati bakau maka kami mendapati seperti danau seukuran lapangan sepak bola ya lebih tepatnya rawa bakau.

Sungguh panorama yang luar biasa, setelah sampai di rawa itu, kami briving dan mengatur strategi, pak Hendra sebagai ketua regu mengambil alih dan membagi kami di setiap sisi dan tugas masing-masing. Kami empat orang sebagai penghalau, dan empat orang yang lain sebagai penjaga jala. Ya kami Cuma 8 orang yang bergerak, karena Ika bertugas sebagai dokumentasi dan Doni membantu pak Bopi mengamankan pompong.


Gerakan pun dimulai, kami berempat menghalau dari ujung rawa, setelah berjalan sepuluh meter mulailah keseruan dan begitu funtastic, ikan bandeng sebesar paha orang dewasa melompat dari sisi kanan ke sisi kiri kami, wah...wah... pemandangan yang begitu luar biasa. Sempat terkesiama melihat ikan bandeng yang berlompatan, tapi kami tetap harus menyelesaikan menghalau hingga ada ikan yang masuk ke jala. Tak diduga penjaga jala di ujung kanan berteriak dengan riang bahwa jalaanya mendapat ikan bandeng yang cukup besar, kemudian disusul jala tengah dan jala diujung sebelah kiri. Para penjaga jala kewalahan untuk menaklukan ikan yang sudah terjala, walaupun demikian mereka berhasil menangkap dan memasukan tiga ikan tersebut ke goni kecil. Sebenarnya masih banyak kalau saja kami mau menangkap ikan-ikan tersebut, tapi kami cuma mengambil tiga saja karena itu lebih dari cukup, bukan jumlah hasil tangkapannya tapi kami lebih merasaakan sensasinya, karena tak ada bandeng purba di pulau lain ini kecuali hanya di pulau Genting.

Kemudian kami berkemas meninggalkan rawa dan beranjak keluar dan melewati rerimbunan bakau untuk menuju bibir pantai. Dengan wajah yang riang gembira kami berjalan menyusuri bibir pantai menuju best camp. Sesampainya di best camp kami memutuskan untuk pindah ke sisi lain yaitu ke pantai sebelah utara pulau genting. Di bawah rerimbunan pohon mentigi kami sandarkan perbekalan kami, dan kami memutuskan untuk membuat perapian di sekitar situ. Setelah kurang lebih satu jam api akhirnya siap untuk memanggaang ikan bandeng purba. Nah tiba saatnya untuk mencicipi ikan bandeng purba khas pulau Genting. Eum.... ikannya begitu lemak tektur dagingnya begitu lembut, sungguh ikan yang tergolong langka.


Pasti teman-teman pada heran dan bertanya-tanya Sekarang apa benar bandeng ini merupakan spesies bandeng purba? Jawabannya simple, jadi masyarakat sekitar pulau Genting yaitu Mengkait khususnya tidak mengkonsumsi ikan air tawar, jadi ya maklum saja kalau bandeng di sini berukuran tidak pada umumnya. Apalagi tersebar mitos bahwa barang siapa yang memakan ikan ini maka akan mati, jadi mitos ini tersebar turun menurun di desa Mengkait khususnya pada suku Laut.

Oh iya jadi lupa, belum memperkenalkan diri, namaku Andi Istanto (SM-3T Unsyiah Aceh), pada foto di atas aku memakai kaos putih. Aku akan juga memperkenalkan teman-temanku, ada Nafidh Anwar (SM-3T UPI Bandung), Yusep Hadiansyah (SM-3T UPI Bandung), Rio (Patriot Energi kiriman Kementrian ESDM), Indra (Patriot Energi kiriman Kementrian ESDM), Upi (Patriot Energi kiriman Kementrian ESDM), Mahfud (Patriot Energi kiriman Kementrian ESDM), Ika (Patriot Energi kiriman Kementrian ESDM), Pak Hendra (warga), Doni (warga), Bopi (supir pompong).

Waktu menunjukan pukul 16:00 wib, dan kami memutuskan untuk pulang kembali ke pulau Mengkait, dengan berat kami harus meninggalkan pulau Genting dengan sejuta pesona keindahannya dan tentunya dengan Bandeng Purbanya. Rasa kepuasan dan rasa takjub yang begitu dalam membuat kami semakin bangga dengan alam Indonesia yang menyimpan berjuta-juta keindahan. Semoga ceritaku ini dapat menambah wawasan mengenai keindahan-keindahan alam di bumi Indonesia, pesanku kenali negrimu maka kamu akan lebih bersyukur telah terlahir di bumi Indonesia.

No comments:

Post a Comment

Ulangan Bahasa Indonesia

Petunjuk kerja: 1. Siapkan diri Anda untuk mengikuti ulangan. 2. Dilarang menyontek jawaban peserta lain. 3.  Dilarang membuat keribut...